Pages

Thursday 23 December 2021

Hari Ibu dan Kegalauan Emak-Emak

Kedutaan China di Jakarta kembali menjadi sasaran aksi demonstrasi. Kali ini sebagian besar para pengunjuk rasa adalah emak-emak. Boleh jadi aksi emak-emak yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Menggugat (ARM) itu mengambil moment yang pas yakni Hari Ibu dan soal vaksin, yang kali ini targetnya adalah anak-anak.

Aksi yang digelar sejak pukul 10.00 WIB itu melibatkan ratusan pengunjuk rasa. Negara China dianggap penyebab munculnya pandemi Covid-19 di dunia ini termasuk di Indonesia. Tak hanya orasi, dalam aksinya mereka juga menyegel pintu depan Kedubes. Aparat hanya bersiaga melihat aksi tersebut. Selang beberapa saat kemudian, aksi berlanjut ke Departemen Kesehatan. 

Depkes dianggap bertanggung jawab terhadap berbagai permasalahan kesehatan masyarakat termasuk pemaksaan yang sekarang semakin menakutkan. Padahal di UU Kesehatan menyebutkan rakyat berhak menentukan nasib dan kesehatan mereka sendiri diabaikan negara.

Kematian ribuan warga akibat Covid hingga kematian akibat vaksin hingga kini menurut ARM tidak menjadi atensi dari Depkes. 

Update data pekan ini di Badan Penanggulanan Bencana Nasional (BNPB), jumlah kematian rakyat Indonesia akibat pandemi itu termasuk tertinggi di dunia yakni 144 ribu lebih dari 4,2 juta orang positif terkena virus mematikan tersebut.

Sementara itu, harganya PCR yang sebelumnya mencapai 4 juta dan sekarang telah turun jauh terasa membebani warga juga dibiarkan Depkes. Kebijakan baru dari presiden tentang vaksin untuk anak anak membuat orang tua protes. Pasalnya, isi kandungan dan kemampuan vaksin mencegah Covid hingga Omicron pun belum dapat dibuktikan oleh Depkes. 

ARM berpendapat anak anak sebagai pelanjut bangsa ini harusnya belum boleh disuntik vaksin. Apalagi akibat suntikan vaksin ada ribuan kasus yang tidak terlapor yang tubuhnya mengalami masalah. Pejabat humas Depkes yang menemui para pengunjuk rasa berjanji akan membawa semua laporan dan aduan emak-emak itu ke pimpinannya serta kementerian terkait.

Usai berdialog di Kemenkes, para pengunjuk rasa balik kanan dan aksi berlanjut dengan longmarch ke gedung KPK. Para pendemo sempat bersantai dan merayakan Hari ibu dengan acara memotong kue tart sebelum tiba di gedung KPK. Sedangkan beberapa ibu yang memiliki kelebihan uang memborong minuman dan makanan di sekitar gedung KPK tuk makan dan minum bersama. 

Setelah beristrahat aksi berlanjut ke gedung KPK dengan aksi orasi. Para mendemo dari ARM mendukung KPK dalam upaya mengusut tuntas aduan dari para aktifis termasuk dari LSM Prodem tentang bisnis PCR. Pasalnya, bisnis PCR dan obat vaksin ditengarai telah menguntungkan para pejabat dan pengusaha. Buntutnya rakyat kecil menjadi korban bisnis tersebut. 

Aksi damai berakhir menjelang magrib. Pihak KPK juga menerima langsung laporan dan data dari babeh Aldo seorang YouTuber dan para emak. Mereka berterima kasih atas dukungan rakyat mengusut tuntas kasus tersebut. Emak-emak sepakat dan yakin, sebuah negara demokrasi akan tetap menjunjung hak rakyat berserikat dan berkumpul serta bersuara seperti tercantum dalam UUD 45. 

Monday 8 November 2021

Berbagi Bersama Penghuni Kolong Jembatan

Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin Indonesia hingga jelang akhir tahun 2021 ini lebih dari 26 juta orang. Jumlah kaum dhuafa itu pun terus bertambah signifikan setelah pandemi melanda dunia termasuk Indonesia. 

Buntut kemiskinan membuat banyak orang harus nekat tinggal di bantaran sungai hingga bawah kolong jembatan. Salah satunya ibu Sutini yang sudah lebih 10 tahun menetap di bawah kolong jembatan di daerah Pluit, tepatnya di Jalan Kertajaya, Jakarta Utara. Wanita paruh baya ini mengaku berasal dari Jawa tengah. 

Selain Sutini yang terlihat semakin menua dan telah ditinggal meninggal suaminya, masih ada ratusan warga lain dari berbagai daerah yang tinggal di sana. Lebih dari 200-an warga menurut sesepuh di sana bergabung tuk tinggal setelah pandemi Covid C-19 melanda Indonesia. Pada mulanya profesi mereka cukup beragam, mulai dari pemulung, supir bajaj hingga pedagang kaki lima. Namun akibat pandemi, usaha mereka anjlok hingga rumah mereka pun ikut tersingkir.

Sedih pastinya, karena mereka harus membawa apa saja yang bisa dibawa pindah ke kolong jembatan Pluit yang secara tidak resmi telah menjadi satu koloni kehidupan walau tidak sehat apalagi memenuhi unsur humanis. Mereka harus berbaur dengan warga yang lebih dulu menetap. Suka tidak suka itulah kehidupan yang harus di jalani bersama keluarga lengkap istri juga anak anak. 

Sekalipun hidup di bawah kolong jembatan tapi kebutuhan untuk masak mandi hingga shalat membuat beberapa warga sepakat membuat sumur. Dan siapa sangka air di dalam sumur cukup jernih bak air PAM. Sumur yang infonya telah berusia lebih 13t ini sangat membantu warga menjalani hari hari mereka. Tetapi jika ingin BAB warga harus pergi ke WC umum yang berada di sisi kiri kolong jembatan dengan membayar seribu atau dua ribu rupiah. 

Sedangkan untuk sholat Jumat kaum pria harus pergi ke masjid di sekitar permukiman warga di sisi kolong jembatan. Tetapi untuk hari hari mereka bisa pergunakan mushala kecil bernama Nurul Hidayah yang dibangun secara swadaya oleh para penghuni.

Musholla nan sederhana tampak lebih bagus dari rumah warga yang hanya terbuat dari tripleks seadanya. Lebih tepatnya disebut bedeng. Musholla Nurul Hidayah belakangan dijadikan madrasah kecil buat anak anak warga kolong. Ada seorang tukang air yang rutin mengajari mereka mengaji. 

Dan Setelah lebih 10 tahun tinggal di bawah kolong di Jakarta Utara itu. Sutini dan ratusan warga pertama kali menikmati perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di awal November ini. 

Acara Maulid bareng dengan Baksos serta pengobatan gratis digelar atas inisiasi Nina, salah seorang wartawan Ibu Kota bersama sekelompok ibu-ibu dari grup bernama Berhijab & Tawadhu.

Dengan berpakaian rapi dan berhijab para ibu juga bapak serta anak anak yang berbaju koko tampak sejak pagi telah menanti kehadiran ustad juga para donatur serta Rumah Yatim yang ikut membagikan beras dan mie kepada mereka.

Ustad Yahya Alim dari rumah Yatim langsung memimpin doa dan shalawatan serta tak lupa ceramah dengan pantun yang membuat warga tampak bahagia. Mereka tampak antusias ikut membaca doa dan shalawatan.

Beberapa ibu tampak menangis terharu. Karena walau hidup di bawah kolong jembatan mereka akhirnya bisa merasakan acara keagamaan seperti di perumahan biasa. Mereka berharap grup Berhijab dan Tawadhu mau rutin membuat pengajian agar mereka walau sudah tua bisa mengaji dan sholat yang benar. 

Usai acara Mauludan dilanjut pembagian baksos berupa paket sembako kepada 150 warga sesuai nama yang sudah dicatat oleh Nur warga setempat. Warga yang merasa kondisi tubuhnya kurang ok atau sakit langsung menuju ruang musholla. 

Di ruangan yang berukuran 3x3 itu tim kesehatan yang dipimpin dokter Yovie tlah siap dengan para perawat. Seorang ibu yang sangat gemuk dan tampak kelelahan saat mengikuti Maulid Nabi menjadi pasien pertama. Juga seorang warga yang sempat histeris saat acara berlangsung. 

Begitu juga seorang perempuan muda kurus, nampak kepayahan saat duduk mengikuti acara ternyata kehamilannya telah berusia sembilan bulan. Seorang remaja yang tampak masih muda tapi telah memiliki bayi ikut masuk ke ruang pengobatan itu. Sejak kelahiran bayinya yang prematur dia menolak menyusui anaknya. Rupanya secara psikis dia belum siap. 

Dengan telaten dokter Yovie dan perawat mengajari dia cara menyusui juga menasehati dari segi keibuannya. Ada lebih 40an warga yang berobat gratis. Termasuk seorang anak laki laki yang kakinya tlah abses bernanah.

Antusias warga menyambut Baksos dan pengobatan gratis sangatlah tinggi karena mereka merasa selama ini belum pernah ada yang membuat acara kesehatan gratis di sana. Acara baksos ditutup dengan pembagian pakaian yang layak pakai. 

Evi yang sejak awal antusias mencari pakaian layak pakai dibantu Netty bertugas membagikan Sarung, mukena, sejadah, tas hingga pakaian bayi membuat semua bahagia. Ada yang minta lebih untuk dibawa ke kampungnya. 

Hidup di bawah kolong jembatan bukan pilihan dan tinggal kepekaan warga lainnya tuk ikut memperhatikan mereka. Rasa kemanusiaan tidak perlu sekat dan tanpa melibatkan politik ini itu. 

Friday 2 July 2021

Selamat Jalan ibu Rahmawati Soekarno Putri yang kami cintai

 Innalillahi waa innailaihi rojiun..


Kabar duka itu datang pagi ini. ibu Rahmawati Soekarno Putri yang jelang usia 71 tahun itu menghembuskan napasnya yang terakhir di RS Gatot Subroto Jakarta Pusat, Sabtu pagi (3/7/2021).

Duhai ibu yang kami sayangi, insya Allah suara kerasmu, kritik kerasmu membela ketidakadilan dan bela para ulama menjadi catatan amalmu di hadapan Sang Khalik.

Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, semoga almarhumah Husnul Khatimah aamiin yra.

Saya mengenal mbak Rahma lebih 20 tahun lalu di sebuah acara. Tetapi baru berinteraksi sejak 2017 atau menjelang pilpres lalu dan sangat mengesankan. 

Jelang pilpres semua emak emak serasa dibangunkan dari tidur panjang mereka. Semua ingin aktif ikut memenangkan 02 dan Ibu Rahma salah satu yang dipercaya para emak sebagai tokoh perempuan selain ada sosok Neno Warisman dan mba Titiek Soeharto.

Di rumah mba Rahma di Pejaten menjadi posko yang tidak resmi. Tiap hari ada saja yang ingin datang dan meminta pendapat beliau. Pintu rumahnya selalu terbuka. 

Selain di rumahnya, semasa hidup juga aktif ke sana sini untuk penuhi undangan dari berbagai kalangan. Termasuk menerima kami para relawan di kantornya di kampus Universitas Bung Karno atau UBK di Menteng. 

Padahal untuk beraktivitas itu beliau harus menggunakan bantuan kursi roda lantaran kakinya sejak lama bermasalah. Luar biasa memang semangatnya.

Saat itu saya punya ide tuk aksi para emak yang mau disampaikan ke almh tapi mengajak seorang teman dokter. SMS pun dilayangkan dan sungguh senang mendapat jawabannya. “Boleh datang jam 3an yah,” katanya waktu itu.

Di rumah yang dijaga beberapa angota TNI itu saya duluan datang. Tetapi mba Rahma tetap persilakan saya masuk dan ngobrol. Di ruang makan itu ada mas Didi Mahardika putranya. 

Di rumah yang banyak barang-barang antik yang indah dan koleksi aneka hiasan burung merak kita ngobrol sambil menunggu teman saya dokter Anna. Sebagai sesama penyuka barang antik obrolan dengan mba Rahma sudah seperti teman lama. Obrolan kita dari A hingga z.

Saya disuguhi teh panas dan Kurma goreng andalan mba Rahma untuk tamu-tamunya. “Dibikin si mba. Ini resep saya,” jelas mbak Rahma. Saya pun diajarin cara membuat kebetulan memang belum pernah buat kurma yang digoreng.

Walau tamu kedua belum datang beliau tetap ramah ngobrol sambil sesekali minum beberapa butir obatnya. 

Beruntung sebagai wartawan saya punya banyak cerita dan kisah sehingga obrolan kita semakin seru, bahkan sesekali diiringi gelak tawa. Tak jarang mba Rahma terkikik saat saya bercerita.

Tak lama kemudian, datang dokter Anna dan obrolan soal obat yang diminum kita lanjutkan. Maaf banget boleh tahu kenapa kakinya mba? “Tanya saya meski agak segan takut beliau tersinggung.

Mbak Rahma pun dengan tulus menceritakan kejadiannya saat bersama suami tercinta. “Hanya gara-gara lalai dan kesenggol akhirnya jadi panjang urusannya hingga sekarang,” katanya dengan senyum manisnya.

“Karena masih sakit akhirnya pakai saja kursi roda yang penting kegiatan tidak terputus,” ucapnya. "Masya Allah..keren,” kataku menimpali.

Tak terasa obrolan sudah berlangsung selama tiga jam dan kami pun pamit seiring munculnya suara adzan magrib.

Benar-benar waktu yang berharga dan cukup lama. Tidak ada kesombongan di diri tokoh hebat itu. Saya kagum. Humble. Teringat beliau sangat ramah karena disetiap acara semua orang slalu ingin berfoto dengannya dan tidak pernah ditolaknya. 

Masalah politik di Tanah Air hingga dirinya ikut diperiksa aparat pun diceritakannya ke kami. Termasuk kemarahan kepada kakaknya Megawati.

Meski banyak kekesalan atas keadaan saat ini namun mbak Rahma tetap terlihat awet muda.

Walau usianya sudah sepuh, namun nyaris tak ada kerutan di wajahnya. Mulus dan bersih pula.

“Yah itu jangan benci ke orang tanpa alasan dan banyak bersyukur',” pesannya.

“Juga berani berbicara benar sekalipun harus dimusuhi. "Saya ga takut berbicara benar,” tambahnya dengan nada tegas.

Berbicara politik beliau sangat mahir pantas gelar Doktor dimilikinya. Sebagai pendiri Universitas Bung Karno semua pikiran-pikiran bung Karno sangat dikuasainya. 

Tetapi tangisannya sering tak terelakan terjadi ketika berbicara UUD 45 yang telah diamandemen yang mengakibatkan Indonesia seperti sekarang ini, tuturnya.

Di acara Rekat Anak Bangsa di Hotel Sahid yang diprakarsai eks Menhankam Ryacudu tangisan dan kemarahan mba Rahma terhadap negeri ini yang dinilainya telah jauh dari cita2-cita perjuangan Bapaknya membuat kita semua yang hadir ikut terharu. 

Dibanding 5 anak bung Karno, mba Rahma diakui lebih dulu menyukai politik dibanding saudara-saudaranya. Sehingga dalam setiap acara kebangsaan termasuk dalam diskusi semua yang mendengar beliau berbicara selalu kagum. Beliau memang sangat mengerti politik. 

Saya melihat dan mendengar buah pikirannya ada lebih di 25 tempat jelang dan setelah pilpres. 

Hingga akhir hidupnya almarhumah tetap rajin memenuhi undangan siapapun dengan kondisi tubuhnya. 

Sayang Covid tlah merengut semangat dan perjuangannya. Tetapi jiwa dan semangat Almh tetap membara dan ada di jiwa jiwa kami.

Teriakan merdeka menjadi wajib buat mba Rahma. Selamat jalan ibu yang kami sayangi. Kebaikan dan senyummu slalu kami kenang. Surga nan janah menantimu.



Wednesday 9 December 2020

Selamat Jalan Para Syuhada

 


Innalillahi waa inna ilaihi roji'un.....

Telah dua hari enam orang anggota laskar FPI yang diyakini telah menjadi para Syuhada telah tenang di sisiNya. Posisi makam mereka salig berdekatan yang lokasinya di tempat kediaman dan pesantren Imam Besar mereka di Megamendung, Bogor, Jawa Barat. 

Derai air mata dari keluarga korban juga pimpinan serta segenap teman dan pendukung mereka terus bercucuran. Doa-doa terus dilantunkan atas wafatnya keenam Syuhada itu.

Kematian keenam Syuhada itu memicu berbagai tuntutan. 


Tuntutan untuk dibuat tim investigasi Independen serta Tim investigasi dari Komnas HAM juga terus bergulir. 

Semisal tokoh sekelas Abdullah Hehamahua hingga rakyat jelata pun menuntut dibentuknya tim investigasi Independen. 

Para tokoh HAM, sejumlah politisi, penulis, pengamat pun ikut membubuhkan tanda tangan mendukung dibentuknya tim investigasi.  

Sebagian besar media massa yang tadinya dianggap telah jauh dari harapan umat, dalam dua hari ini menaikan berita yang isinya mengkritik kebijakan polisi dalam kasus itu. Pendapat para pakar hingga tim investigasi dari reporter lapangan mereka mengisi isi berita mereka. Juga bersileweran di WAG.

Saksi mata yang tadinya dikira telah menghilang berhasil dikorek wartawan. Mereka memberi kesaksian seperti diucapkan HRS saat memberi doa dan kesaksian di depan enam laskarnya yang telah terbujur kaku. 

Bahkan respons atas insiden itu membuat mabes polri mengambil alih kasusnya guna ditangani.

Kini, masyarakat sekarang menunggu hasil kerja baik DPR, Komnas HAM, tim independen serta Mabes Polri.  

*Tragedi di jalan tol*

Ucapan duka dan belasungkawa atas kematian keenam anggota laskar Front Pembela Islam terus mengalir. 

Sejak hari Senin siang muncul di media sosial juga ribuan WAG.

Banyak warga yang kaget sedih dan marah menyusul konferensi pers oleh Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Fadil Imran pada Senin siang kemarin.

Sebelum informasi kematian datang dari pimpinan Polda Metro Jaya, jam 9 pagi penulis mengonfirmasi ke Munarman, salah seorang Ketua FPI ihwal adanya info penculikan enam laskar FPI yang sedang mengawal Imam besar mereka. Munarman membenarkan. 

Selang dua jam setelah ada kepastian keberadaan keenam anggota itu pihak FPI pun melakukan konferensi pers. 

Mereka membantah keras tuduhan jika laskar mereka bersenjata. 

"Sejak FPI berdiri kami tidak pernah memiliki senjata apalagi senjata api," tegas Munarman. 

"Dalam anggaran Dasar RT FPI tercantum jelas tidak boleh memiliki senjata," tambahnya.

*Pemakaman Para Syuhada*

Proses pengambilan jenasah yang terkesan berbelit membuat masyarakat dunia maya ramai. Kecaman pun mengalir deras datang dari pengamat hingga rakyat jelata. 

Hingga akhirnya tiga anggota DPR dipimpin Fadli Zon harus mendatangi RS Polri. Warga masyarakat dan simpatisan pun langsung berdatangan ke RS Polri juga ke Petamburan, Jakpus. 

Setelah proses yang menegangkan mayat berhasil dibawa pulang dan langsung dimandikan serta dikafani diiringi tangisan pilu para keluarga dan rekan-rekannya. Keenam laskar yang telah terbujur kaku rata-rata masih muda. Berusia di bawah 25 tahun hanya seorang yang berusia 26 tahun. 

Kebanyakan mereka menurut keluarganya tipikal pemuda yang taat agama. Fais misalnya, setiap pagi selalu mengaji tuk membangunkan tidur keluarganya jika subuh tiba. 

Sedangkan Khadafi yang orang tuanya berasal dari Sulit Air Sumatra barat tahun ini rencananya akan wisuda. Sayang kebahagiaan itu terengut oleh peluru tajam.

Ada lagi yang memang sejak kecil telah menjadi yatim dan selalu membantu ibunya berjualan di pasar. Rata-rata mereka bukan kalangan orang berada,  namun ingin berjuang membela Islam sehingga mendaftar sebagai anggota FPI.

Berita kematian itu membuat penulis dengan tiga orang emak-emak ingin ikut mengantar dan langsung meluncur ke Megamendung. Ternyata di sana mobil mobil dari simpatisan dan anggota FPI berbagai daerah di Jawa barat dan Jawa timur pun banyak berdatangan. 

Tetapi untuk masuk ternyata tidak mudah karena harus melalui penjagaan di posko 1 & 2. Berkat izin dari salah satu pimpinan di Jakarta akhirnya rombongan penulis bisa masuk. Penulis melihat enam liang lahat di bawah pohon yang tinggi tegap disiapkan di lahan kosong milik HRS.

Setelah melihat suasana pesantren dan liang Lahat akhirnya rombongan kami harus balik Jakarta karena ternyata hingga jam 7 malam informasi bahwa jenazah belum bisa diambil. 

Di Jakarta enam korban penembakan itu setelah dishalati dibawa dengan ambulans pukul 2 malam ke Megamendung. 

Ada peristiwa yang unik menurut saksi mata ketika rombongan puluhan mobil itu mau masuk tol Slipi tiba tiba lampu Tol mati begitu juga palang pintu tol. 

Akibatnya iring iringan mobil masuk dengan lancar. 

Di sepanjang jalan setelah keluar tol memasuki Megamendung banyak masyarakat menyambut. 

Tiba di Pesantren Agrikultural Markaz pukul 4 dinihari sambil bersiap salat subuh, menantu HRS yang dipanggil ustad Hanif tampak beberapa kali menangis ketika berbicara. Dirinya sedih karena dirinya berhasil selamat ditolong oleh para laskar itu. Saat kejadian mobilnya berada di belakang mobil HRS.

Sebelum dibawa ke liang lahat HRS memimpin berdoa dan menceritajan kronologi kasus itu. HRS dengan kesedihan yang ditahan berharap pengikutnya sabar dan menahan diri. 

Ia meminta keadilan atas kematian anggotanya. Pukul 6 di subuh yang dingin itu akhirnya proses pemakaman berlangsung lancar disaksikan ulama seperti ustad Bachtiar Nasir dan para tokoh serta ribuan jamaah. Menurut salah satu saksi darah segar masih terlihat di kafan seorang Syuhada. 

*Aksi Kemanusiaan*

Sebagai mantan wartawan hukum dan kriminal dari sebuah TV, penulis telah mengenal FPI sejak baru berdiri tahun 1998 silam.  

Saat itu mereka berombongan mendatangi sebuah kafe di daerah Kemang yang buka 24 jam dan menjual miras yang dianggap bertentangan dengan syariat  Islam. Mereka memprotes dan meminta tidak dibuka 24 jam. 

Apalagi jika dibuka dekat sekolah atau masjid mereka tidak segan mendatangi Pemiliki sekalipun dilindungi oknum aparat. 

Setiap mereka mendatangi tempat hiburan kebanyakan malam hari dan berada di darah Jakarta Barat, penulis selalu datang meliput dan tidak pernah melihat ada yang membawa kayu apalagi senjata api. Juga saat meliput mereka dalam aksi demo atau ketika mereka turun menolong korban bencana. 

Sejalan waktu anggota FPI terus bertambah menjadi puluhan ribu anggotanya. Perkembangan keanggotaannya meluar hingga di berbagai daerah, sekalipun mereka hanya menjadi relawan tanpa dibayar. 

FPI juga terus membenahi internal mereka termasuk mendidik cara bersikap menghadapi masyarakat agar lebih humanis hingga benahi urusan seragam mereka yang semakin putih dan necis. 

Untung mengetahii apa dan bagaimana FPI tahun 2000 awal bersama beberapa wartawan penulis ikut mewawancarai HRS.

Tokoh yang kini memiliki jutaan pengikut itu ternyata tokoh yang ramah dan suka membaca. 

Seiring smakin banyaknya bencana di Indonesia membuat FPI tergerak turun membantu para korban bencana.

Puncaknya saat tsunami di Aceh tgl 26 Desember 2004 silam. Aksi kemanusiaan FPI diancungi  jempol banyak pihak. 

Sayangnya saat tsunami Aceh penulis tidak bisa melihat aksi kemanusiaan FPI yang dipimpin langsung IB mereka HRS. 

Lantaran penulis masih trauma parah naik pesawat. Padahal sudah ditugaskan kantor untuk berangkat ketika Tsunami maha dahsyat subuh itu terjadi. 

Tetapi aksi FPI menolong korban tsunami  terdengar hingga ke mana mana bahkan membuat kagum dunia. Video tentang aksi FPI di Aceh itu hingga kini masih beredar. 

Kekaguman atas kiprah FPI tak urung membuat banyak yang merasa berduka atas tragedi ini sehingga donasi tuk membantu keluarga korban terus berdatangan. Informasi yang beredar di medsos mencapai lebih dari 1 milyar rupiah. 

Penulis berharap semoga insiden sejenis tidak berulang apalagi menimpa mereka yang hanya ingin mengawal Imam besar mereka.


Tuesday 10 November 2020

Petamburan yang Membahana

Sudah sepekan lamanya informasi kepulangan Habib Riziek Shihab (RHS) ke Tanah Air menjadi perbincangan khalayak ramai. Ini pula yang membuat masyarakat dari berbagai pelosok berkeinginan menjemputnya langsung dari Bandara Soekarno Hatta.Sudah menjadi kebiasaan umat untuk saling kompakan untuk bisa datang bareng.

Semisal Sofia dari Lampung Selatan. Dia dan rombongannya yang tergabung dalam grup MPI atau Mujahidah Pembela Islam bergerak langsung memesan bus. 

Rombongnan berjumlah 200 orang itu sejak Senin sore telah berangkat dari Lampung. Tiba di Jakarta pukul 02.00 dini hari dan langsung bergerak menuju di Bandara Soekarno Hatta. 

Berniat mau beristirahat dan sholat di mesjid bandara ternyata oleh petugas mesjidnya ditutup dan dimatikan lampunya. Para emak itu sempat beradu debat dengan petugas. 

Sofia dan teman temannya akhirnya kembali beristirahat di dalam bus hingga subuh. Rasa penat pun hilang menjadi kegembiraan tatkala mendengar pesawat dari Jedah telah mendarat di landasan pacu Bandara Soekarno Hatta.

Lain lagi Faisal, pria pengusaha konveksi ini bersama 32 temannya mereka datang dari Demak sejak Senin sore. Mereka hanya ingin langsung ke Petamburan posko FPI. 

Begitu juga ribuan santri dari berbagai daerah serta pengagum HRZ. 

Ada yang langsung ke bandara ada yang hanya ingin ke Petamburan tapi kedatangan umat menyambut Imam Besar Habib Riziek Shihab atau HRS memang fenomenal. Yang belum pernah terjadi di Indonesia. 

Adanya pengerahan pasukan tuk pengamanan bandara tidak menciutkan nyali umat yang telah berbondong bondong datang dari Jabodetabek hingga berbagai daerah.

Banyak juga dari Malaysia. Mereka datang dengan pesawat sehingga tidak terkendala kemacetan. Lain dengan rombongan bermobil di mana mereka harus beradu otot dengan aparat karena mereka dilarang masuk. 

Termasuk insiden larangan memasuki mesjid bandara oleh petugas keamanan. Setelah jam 3 dini hari baru umat bisa memasuki mesjid dan melakukan zikir di sana hingga subuh menjelang. 

Hingga Senin malam info aksi larangan tersebut ramai muncul di WAG dan media sosial. Akibatnya banyak yang nekat berjalan kaki berkilo-kilo meter tuk tetap bisa masuk bandara. Tetapi menjelang subuh kehadiran (mungkin) jutaan orang ke bandara membuat aparat akhirnya membiarkan massa masuk menjemput imam besar mereka.

HRS tiba beberapa menit sebelum pukul 9 pagi dengan empat orang putrinya dan istri tercinta, Syarifah. Histeria tak terhindarkan. Umat yang rindu dengan imam mereka yang terusir selama 3,2 tahun di Makkah membuat suasana sangat mengharukan. Teriakan nama Habibana dan takbir bersahut sahutan. 


Shalawatanpun bergema menyambut HRS. Di mobil jeep yang terbuka atasnya muncul sosok HRS yang terus tersenyum dan itu berlangsung berjam jam hingga mereka tiba di daerah Petamburan Jakarta barat.

Rasa cinta kepada Imam besar HRS membuat mereka banyak yang nekat berjalan kaki dari bandara hingga Petamburan. 

Di sekitar Petamburan ternyata umat yang menanti juga sangat banyak diperkirakan ada 2 juta orang di sana. Spanduk bergambar HRS terpampang di mana mana. Keramaian sangat luar biasa ditambah banyaknya pedagang yang pergunakan kesempatan itu tuk mencari uang.

Tim medis tim makanan semua tumplek menanti kedatangan HRS di daerah Petamburan. Di dekat markas FPI atap rumah, pohon hingga tiang listrikpun menjadi pijakan orang orang agar bisa melihat HRS secara lebih jelas. 

Dan saat tiba di markas FPI sekitar pukul 2 siang HRS beristirahat sekitar setengah jam. Beliau dikhabarkan sempat mengalami dehidrasi. 

Setelah makan siang, HRS langsung menemui tokoh tokoh agama, santri serta umat yang hadir di markas FPI dan menceritakan tentang dirinya yang dikriminalisasi.

Tanpa rasa Takut HRS mengaku tidak ada rekonsiliasi jika masih ada kezaliman. Bukan hanya itu tuk balik ke Indonesia sempat ada 3x upaya membatalkan tiket dari pihak tertentu.

HRS menceritakan masalah yang dihadapinya termasuk tudingan dirinya akan dideportasi dari Arab Saudi.

"Hidup saya sangat nyaman di sana, rezeki selalu ada dan anak anak saya malah bisa menghapal 20 jus Alquran. Saya juga berhasil menyelesaikan doktor saya," paparnya disambut takbir jamaah. 

Hanya karena ingin berdakwah makanya saya harus balik ke Indonesia. 

Istri HRS Syarifah mengaku suaminya tidak berkurang rasa takutnya hingga kini. HRS sudah mewanti wanti harus siap jika terjadi apa apa dengan dirinya.

Tuesday 3 November 2020

Aksi Demo Macron Di Indonesia




Dua lelaki sepuh yang tinggal di Kebun Baru, Kampung Melayu, Jakarrta Timur mengayuh  sepedanya menuju Kedubes Prancis yang berlokasi di Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat. Mereka adalah Fachri, pensiunan Telkom dan satunya lagi Gito berusia 63 tahun, pensiunan RRI.

Di jalan mereka bertemu dengan rombongan dari pengurus Masjid Ijtihad, Tebet. Rombongan massa itu mengendarai  lebih 100 motor serta puluhan mobil pribadi lengkap dengan sebuah mobil komando.

Sepanjang jalan bendera Ar Royan dikibar kibarkan diselingi gema takbir. Di mobil komando teriakan lantang kecaman terhadap Presiden Perancis Macron terus diteriakan. Macron adalah teroris sebenarnya kata seorang pria di mobil komando itu. 

Rombongan santri juga sudah terlihat sejak pagi. Mereka berasal  sebuah pesantren di Desa di Cibinong bergerak menuju satu titik. Kedubes Prancis.

Berbekal uang seadanya mereka menuju Jakarta. Dua bus dan sebuah angkutan truk menjadi alat transportasinya.

Begitu juga seorang sopir ojek online yang baru menikah nekat membawa istrinya yang berusia 19 tahun serta bayinya yang baru berusia 4 bulan ke aksi Bela Nabi Muhammad SAW.

"Lho tidak takut Covid dek?" sapa saya. "Insya Allah aman Bu," jawab Irman sebut saja nama suami dari ibu yang membawa bayi itu."

Apa masih ngojek sebelum ke sini,?" tanya saya lagi.  "Iya Bu, sudah acara saya bawa pulang istri dan anak terus saya lanjut ngojek lagi," katanya. "Biar hidup kita pas pasan tapi ulah Macron tidak bisa kita biarkan. Kita harus bela agar dunia tahu kita sangat mencintai Rasulullah," katanya tegas. 

Lain lagi dengan Dimas. Pria beralamat di Jakarta Barat itu hanya selang 3 hari jelang aksi bela Nabi Muhammad SAW langsung beli beberapa kertas karton untuk ditulisinya dengan berbagai tulisan. Semuanya dimodali sendiri oleh Dimas yang kerja sehari harinya di perbankan dan properti. 

Aksi Dimas dilakukan sejak dulu karena alasan keumatan. Bagi kalangan emak-emak, Dimas memang sangat populer dan selalu menanti kehadirannya di arena aksi demo. 

Baik Dimas, Irman dan isterinya, maupun dua lelaki sepuh tadi, adalah bagian dari puluhan ribu umat Islam yang kemarin datang berunjuk rasa di Kedubes Perancis. Mengingat massa yang sangat banyak aparat melakukan penjagaaan super ketat.

Nenek kakek, ayah bunda, para emak dengan komunitas mereka yang berseragam juga sepasang kekasih hingga dua anak SMP yang berbaju koko juga tumplek di sana. Mereka hanya ingin memprotes kebijakan presiden Perancis Macron yang membolehkan karikatur Nabi Muhammad dipasang di negara Eiffel itu.

Sedangkanpara alim ulama di atas mobil komando FPI bergantian mengecam kebijakan Macron. Macron tidak lebih dari pemimpin Rasis yang ingin merusak kedamaian dunia ucap mereka. 

Ustad Haekal Hasan tampil dengan berbahasa Inggris juga mengecam Macron dengan sebutan teroris. 

Di depan mobil komando umat berkumpul hingga di atas jalur Halte Trans Jakarta,  belakang Sarinah dan depan kantor Bawaslu. Di sebelah Kedutaan barikade dan ribuan pasukan menjaga Kedubes Perancis. 

Umat membawa ratusan bendera Aroyan dan foto besar Imam besar Habib Riziek Shihab berkibar terus menerus seakan ikut hadir di sana menyaksikan Ghiroh umat Islam Indonesia yang tidak terima Nabi Junjungan mereka dihina oleh Macron.

Di depan mobil komando tampak seorang supir bajaj juga berdiri dengan penuh semangat sambil mengibarkan bendera Rasulullah tanpa kenal lelah berbaju hitam  lengkap dengan beskap di kepalanya, dirinya menjadi perhatian umat. 

"Walau hanya sopir bajaj saya terhina dengan kelakuan Makaroni itu bu," kata Iwan salah seorang pengunjuk rasa. 

"Saya marah makanya saya datang sejak jam 10 ke sini dengan bajaj saya. Kita ada 5 bajaj beriringan ke sini," katanya penuh semangat. 

Dalam aksi itu ulama dari mobil komando meminta umat yang hadir tuk membantu korban gempa di Turki.

Tidak lama kemudian puluhan pemuda langsung mendatangi satu persatu umat dengan kain sarung besar tuk menampung sumbangan umat. Infonya, hingga sore, dana yang terkumpul mencapai 55 juta rupiah. 

Di depan gedung Jakarta Theater foto Macron di pasang di sepanjang jalan tuk diinjak oleh massa yang berlalu lalang termasuk mobil. Jalan itu menjadi ajang tuk berfoto. 

Udara yang mendung dan sejuk membuat massa bertahan selama lebih 5 jam dan baru berakhir damai setelah para ulama meminta semuanya pulang ke rumah masing masing karena misi mereka telah tercapai yakni mengecam kebijakan Macron langsung di depan Kedubes Perancis. 

Aksi mengecam presiden Perancis juga dilakukan di belahan dunia lainnya. Di Mali Afrika malah Kedubes Perancis dihancurin warga setempat.


Semoga ke depan tidak ada lagi pemimpin dunia yang melakukan penghinaan kepada Nabi Junjungan umat Islam atau Nabi manapun. Dunia yang damai didamba semua umat manusia.

Tuesday 13 October 2020

Umat Islam Menolak Omnibus Law

 Sebut saja namanya ibu Atin. Dia bersama kakaknya Hari berboncengan menggunakan sepeda motor dari Kramatjati, Jakarta Timur melaju menuju Patung Kuda, Jakarta Pusat. Di motor itu juga ada seorang bocah duduk sambil memegang dasboard sepeda motor yang dikekudikan Hari.



Tiba di lokasi, ibu berusia 67 tahun itu turun dari sepeda motor untuk berbaur dengan ribuan massa yang hendak mengikuti aksi Menolak UU Omnibnus Law. Namun, saat si bocah bernama Ryan itu mau diturunkan tiba tiba byuuuar muntahan tumpah dari mulut bocah usia 2,5 tahun itu. Beberapa pemuda yang sedang duduk di sekitar kerumunan massa itu pun dibuat kaget dan mereka reflek membantu si nenek.



Hari sang kakek bocah itu hanya bisa senyum kecut. Motor yang baru dicucinya sebelum berangkat kini telah kotor bagian depannya.  Di sebelah sana banyak yang menjual minuman tetapi si kakek lebih suka melap motor itu dengan kain bukan menyiram. 

Si kakek sibuk si nenek juga sibuk mengurus bocah yang ternyata hiper aktif. "Saya bawa karena ibu si bocah yang anak saya itu sedang kerja sedangkan bapaknya sudah kawin lagi tutur si nenek. 

Si nenek nampak  kewalahan dengan si bocah hingga menjadi perhatian para pemuda yg duduk di sana. Makanan dalam dos yang dibagi seorang ibu dibuang si bocah.

Kenapa ingin ke sini Bu? Iya saya diajak kakak saya, kami ingin berbaur dengan umat Islam kan ada ajakan dari ulama kami kata si nenek. 

Di sebelahnya ada seorang pemuda mengaku mahasiswa dari Grogol. Dia nampak mengurut kakinya yang sakit. Dia bercerita hari Kamis lalu saat aksi menolak Omnibus Law digelar ribuan mahasiswa dan buruh di lokasi yang sama dia terjatuh. 

Saya sempat terinjak Bu untung bisa lari lagi bersama ribuan mahasiswa saat gas air mata mulai ditembaki aparat.  Ini memar kaki saya sambil dilihatin lutut kanannya yang masih biru. 



Kok datang lagi? Iya karena ada undangan tuk menolak UU Cilaka itu katanya. Saya akan datang karena UU tersebut menyangkut masa depan saya juga. 

Tiba tiba terdengar suara gemuruh ternyata suara nyanyian tolak UU Omnibus Law yang diplesetkan UU Cilaka dari rombongan pemuda yang suka menamakan dirinya Avengers. Ada yang berjas almamater tapi sebagian besar tidak berseragam. Sekilas mereka mirip anak sekolah menengah atas dan bawah  Mereka muncul dari Patung Tani. 

Ada lebih 400 orang mereka bergandengan tangan.

Kecaman terhadap pemerintah ini dan DPR mereka nyanyikan dalam lagu sambil membawa bendera beraneka tulisan kecaman. 

Belum 10 menit datang lagi para orang tua bersama dengan anak muda yang berjalan dengan heboh sambil menunjuk nunjuk pohon, sempat bingung rupanya mereka teriak turun turun di sambut ketawa yang melihat. 

Di sebelah sana persis depan gedung Indosat di mobil komando para ulama serta seorang emak sedang berorasi. Di depan mereka ribuan umat hadir dan dijaga pasukan FPI. Di sebelah mereka ada batu pembatas dan kawat berduri. 

Aparat keamanan berada di sana sambil melihat aksi massa..

Dalam orasinya mereka meminta pemerintah mencabut UU Omnibus Law karena merugikan semua pihak bukan hanya umat Islam. UU tersebut menurut pendemo dinilai berpotensi membuat kehancuran bagi Indonesia. 

Tiba azan Dhuhur orasi dihentikan dan massa sebagian keluar dan sebagian ke masjid di jalan Sabang. 

Para pedagang seperti biasa pun ada tetapi para relawan dari berbagai komunitas seperti Maharani Peduli kembali menunjukan aksi sosial mereka dengan membawa ribuan minuman dalam botol juga roti dan makanan. Cairan handsantiser pun mereka bagi.

Di sebelah sana ada juga sebuah mobil yang membagikan kurma dan minuman. Di sebelahnya berjejer mobil ambulans. 


Orasi kembali dilanjutkan dan sekitar jam 3 para tokoh yang berada di mobil komando mengumumkan aksi berakhir dan meminta umat pulang ke rumah masing masing. 

Belum 10 menit mobil komando jalan diiringi banyak umat dikawal FPI tiba tiba terdengar tembakan gas air mata dari dalam Monas.  

Rombongan yang berjalan belum jauh memjadi panik terutama para ibu juga ortu. Berlarian mereka menyelamatkan diri.

Ironisnya anak anak muda malah maju dan melempari aparat. Aksi lempar dan tembakan gas bagai sedang perang pun terjadi. 

Warga dipaksa mundur hingga patung tani, sebagian ibu bersembunyi di lapangan IRTI. 

Aksi melawan aparat terus terjadi, mereka sangat militan walau dengan batu dan botol mereka terus nekat mendatangi aparat Brimob yang berpakaian hitam hitam itu. Gas air mata ditembakan memenuhi udara Jakarta terutama sekitar Tugu Tani juga di sekitar Sudirman. 



Mobil ambulans yang membawa korbanpun mulai lalu lalang dikawal motor-motor untuk membuka jalan. Mereka sangat gesit. 

Entah bagaimana di Cikini raya mobil ambulans dihadang aparat yang dari Tugu Tani. Dua mobil ambulans dihentikan dan sebuah mobil nekat melarikan diri hingga akhirnya dikejar dan ditembaki. 

Tiga penumpang mobil ambulans dari Tim Rescue Ambulance Indonesia atau TRA langsung digelandang di bawa ke Polsek Menteng.  Mobilnya pun ikut di bawa. 

Kepada penyidik Marvel tim medis mobil itu mengaku panik dan takut dipukul mobilnya makanya melarikan diri. 

Di dalam mobil itu ditemukan selongsong gas air mata bukan batu seperti tuduhan orang di medsos. 

Sedangkan ambulans milik Yayasan Al Akhyar yang sempat dipukul hingga pecah kacanya dibawa warga ke arah Kalipasir dan di sana dua korban kena gas air mata dirawat hingga akhirnya korban itu dibawa ke RS karena kondisinya sangat parah diduga sakit jantung. 

Saat yang sama ratusan anak anak muda yang berada di gedung Gerakan Pemuda Islam dan PII di Menteng Raya usai tawuran massal itu didatangi aparat yang membawa mereka ke Polda. 

Dan di daerah Kwitang yang tidak jauh dari gedung GPI ternyata terjadi lagi aksi lempar batu dan tembakan gas air mata.

Hingga kapan kondisi menakutkan ini akan berakhir? 

Warga sudah tidak peduli dengan masalah Covid tetapi pasal perpasal dalam UU Omnibus Law itu membuat Indonesia kini menjadi kacau balau terlihat dari aksi penolakan di berbagai daerah hingga membuat banyak kerusakan. 

Yang korbanpun semakin banyak berjatuhan bukan hanya di kalangan warga tetapi aparat juga. Aktivis yang biasa bersuara keraspun ikut diciduk hingga membuat kecaman berbagai pihak.###