Pages

Tuesday 3 November 2020

Aksi Demo Macron Di Indonesia




Dua lelaki sepuh yang tinggal di Kebun Baru, Kampung Melayu, Jakarrta Timur mengayuh  sepedanya menuju Kedubes Prancis yang berlokasi di Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat. Mereka adalah Fachri, pensiunan Telkom dan satunya lagi Gito berusia 63 tahun, pensiunan RRI.

Di jalan mereka bertemu dengan rombongan dari pengurus Masjid Ijtihad, Tebet. Rombongan massa itu mengendarai  lebih 100 motor serta puluhan mobil pribadi lengkap dengan sebuah mobil komando.

Sepanjang jalan bendera Ar Royan dikibar kibarkan diselingi gema takbir. Di mobil komando teriakan lantang kecaman terhadap Presiden Perancis Macron terus diteriakan. Macron adalah teroris sebenarnya kata seorang pria di mobil komando itu. 

Rombongan santri juga sudah terlihat sejak pagi. Mereka berasal  sebuah pesantren di Desa di Cibinong bergerak menuju satu titik. Kedubes Prancis.

Berbekal uang seadanya mereka menuju Jakarta. Dua bus dan sebuah angkutan truk menjadi alat transportasinya.

Begitu juga seorang sopir ojek online yang baru menikah nekat membawa istrinya yang berusia 19 tahun serta bayinya yang baru berusia 4 bulan ke aksi Bela Nabi Muhammad SAW.

"Lho tidak takut Covid dek?" sapa saya. "Insya Allah aman Bu," jawab Irman sebut saja nama suami dari ibu yang membawa bayi itu."

Apa masih ngojek sebelum ke sini,?" tanya saya lagi.  "Iya Bu, sudah acara saya bawa pulang istri dan anak terus saya lanjut ngojek lagi," katanya. "Biar hidup kita pas pasan tapi ulah Macron tidak bisa kita biarkan. Kita harus bela agar dunia tahu kita sangat mencintai Rasulullah," katanya tegas. 

Lain lagi dengan Dimas. Pria beralamat di Jakarta Barat itu hanya selang 3 hari jelang aksi bela Nabi Muhammad SAW langsung beli beberapa kertas karton untuk ditulisinya dengan berbagai tulisan. Semuanya dimodali sendiri oleh Dimas yang kerja sehari harinya di perbankan dan properti. 

Aksi Dimas dilakukan sejak dulu karena alasan keumatan. Bagi kalangan emak-emak, Dimas memang sangat populer dan selalu menanti kehadirannya di arena aksi demo. 

Baik Dimas, Irman dan isterinya, maupun dua lelaki sepuh tadi, adalah bagian dari puluhan ribu umat Islam yang kemarin datang berunjuk rasa di Kedubes Perancis. Mengingat massa yang sangat banyak aparat melakukan penjagaaan super ketat.

Nenek kakek, ayah bunda, para emak dengan komunitas mereka yang berseragam juga sepasang kekasih hingga dua anak SMP yang berbaju koko juga tumplek di sana. Mereka hanya ingin memprotes kebijakan presiden Perancis Macron yang membolehkan karikatur Nabi Muhammad dipasang di negara Eiffel itu.

Sedangkanpara alim ulama di atas mobil komando FPI bergantian mengecam kebijakan Macron. Macron tidak lebih dari pemimpin Rasis yang ingin merusak kedamaian dunia ucap mereka. 

Ustad Haekal Hasan tampil dengan berbahasa Inggris juga mengecam Macron dengan sebutan teroris. 

Di depan mobil komando umat berkumpul hingga di atas jalur Halte Trans Jakarta,  belakang Sarinah dan depan kantor Bawaslu. Di sebelah Kedutaan barikade dan ribuan pasukan menjaga Kedubes Perancis. 

Umat membawa ratusan bendera Aroyan dan foto besar Imam besar Habib Riziek Shihab berkibar terus menerus seakan ikut hadir di sana menyaksikan Ghiroh umat Islam Indonesia yang tidak terima Nabi Junjungan mereka dihina oleh Macron.

Di depan mobil komando tampak seorang supir bajaj juga berdiri dengan penuh semangat sambil mengibarkan bendera Rasulullah tanpa kenal lelah berbaju hitam  lengkap dengan beskap di kepalanya, dirinya menjadi perhatian umat. 

"Walau hanya sopir bajaj saya terhina dengan kelakuan Makaroni itu bu," kata Iwan salah seorang pengunjuk rasa. 

"Saya marah makanya saya datang sejak jam 10 ke sini dengan bajaj saya. Kita ada 5 bajaj beriringan ke sini," katanya penuh semangat. 

Dalam aksi itu ulama dari mobil komando meminta umat yang hadir tuk membantu korban gempa di Turki.

Tidak lama kemudian puluhan pemuda langsung mendatangi satu persatu umat dengan kain sarung besar tuk menampung sumbangan umat. Infonya, hingga sore, dana yang terkumpul mencapai 55 juta rupiah. 

Di depan gedung Jakarta Theater foto Macron di pasang di sepanjang jalan tuk diinjak oleh massa yang berlalu lalang termasuk mobil. Jalan itu menjadi ajang tuk berfoto. 

Udara yang mendung dan sejuk membuat massa bertahan selama lebih 5 jam dan baru berakhir damai setelah para ulama meminta semuanya pulang ke rumah masing masing karena misi mereka telah tercapai yakni mengecam kebijakan Macron langsung di depan Kedubes Perancis. 

Aksi mengecam presiden Perancis juga dilakukan di belahan dunia lainnya. Di Mali Afrika malah Kedubes Perancis dihancurin warga setempat.


Semoga ke depan tidak ada lagi pemimpin dunia yang melakukan penghinaan kepada Nabi Junjungan umat Islam atau Nabi manapun. Dunia yang damai didamba semua umat manusia.

No comments:

Post a Comment