Pages

Tuesday 21 January 2020

Selamat Jalan Sang Mujahid....



Telah berlalu sehari setelah kepergian sang mujahid kemanusiaan dr Yoserizal Jurnalis, SpoT pendiri Medical emergency Rescue Committe atau Mer-C ke haribaanNya.

Tetapi tulisan kesaksian yang begitu indah terhadap almarhum masih terus muncul. Datang dari berbagai kalangan termasuk wartawan dan korban korban perang yang pernah diobatinya.

Yah siapapun yang tahu tentang kiprah kerja Mer-C pasti masih tidak percaya dengan kepergian dokter berbadan tingi dan gagah itu.
Putra pertama mantan Rektor Universitas Andalas Profesor Jurnalis Kamil dan Prof. Dr. Sahara MA, Dekan IKIP Padang.

Berita kematian di Senin (20/1) pada Subuh hari mengangetkan banyak orang mengingat aksi kemanusiaan dari dokter lulusan UI itu sudah terbukti bukan hanya di dalam negeri tetapi di banyak negara di dunia terutama yang mengalami konflik sektarian atau agresi militer. Dari berbagai kesaksian tentang hebatnya putra Minang kelahiran 11 Maret 1963 itu menolong korban korban nyaris semua pihak mengangkat topi terhadap jihad sang dokter. Nyaris tidak ada yang mencela aksi dokter Yose dan Mer-C.

Kepergian ayah beranak tiga itu benar benar menimbulkan pilu mendalam terlihat dari kehadiran ribuan orang baik di pendopo Silaturahim tempat almarhum disemayamkan hingga saat dimakamkan.




Di pendopo di rumah duka, begitu banyak berdatangan tokoh nasional di antaranya mantan Wapres Yusuf Kalla dan beberapa mantan menteri serta menteri kesehatan.  Tokoh pendidikan Arif Rahman Hakim, paman dari Sandiaga Uno malah khusus membawa Kiswah yang dibelinya di Makkah untuk menutup jenasah sang Mujahid.




Kiswah berwarna hijau itu bukti rasa hormat dan cinta Arif Rahman bahwa almarhum memang tokoh panutan yang tlah membela umat manusia.

Usai acara sholat jenazah di Masjid Rasil mantan Ketua Umum Muhammadiah, Din Syamsuddin mengaku Muhammadiyah dan MUI sangat dekat dengan Mer-C. Diakuinnya, kepergian almarhum membuat MUI dan Muhammadiah sangat berduka.  Rakyat dan umat Islam bukan hanya di Indonesia tetapi dunia juga berduka, tutur mantan ketua MUI itu.


Almarhum adalah Mujahid Dakwah, Mujahid kemanusiaan yang tlah mengisi hidupnya tuk kemanusiaan sebagai Dinul Insyaniyah.
Almarhum dokter Yose menurut Din bukan hanya membantu korban langsung di lapangan tetapi menjadi pemrakarsa berdirinya RS di Gaza Palestina. Jadikan kematian almarhum untuk melahirkan Yose Yose yang baru.

RS Gaza yang tlah berdiri 4 lantai dibangun sejak 5 tahun lalu dengan donatur dari umat Islam Indonesia.
Dalam proses membangun tidak sedikit bahaya yang harus dilalui tim Mer-C dan relawan lain.
Beberapa kali menurut anggota Mer-C mereka harus berhadapan dengan polisi dan tentara Israel serta berondongan peluru.
Tetapi berkat semangat berjihad mereka tetap nekat. Jika kematian datang itulah jihad kita kata dokter Yose kepada para relawan.

Bukan hanya RS Gaza tetapi RS di Rohingnya pun tlah berdiri atas kebaikan hati almarhum.

Hal senada diungkap Sekjen FPI Munarman yang beberapa kali diajak almarhum tuk temani menolong para korban di beberapa daerah. Saat berdua almarhum sering bercerita bagaimana mengerikan suasana di lokasi yang akan dibantu.
Tak jarang mereka berada diantara mujahid dan kaum penjajah. Seperti saat di Irak dan Afganistan.

Tujuan menolong korban bisa berbalik menjadikan mereka korban karena pertempuran tetap berlangsung.
Dan yang ditakutkan almarhum agar jangan sampai ditangkap oleh pasukan Amerika karena bisa saja dirinya ditahan di Guantanamo sebagai foreign fighter.

Tetapi semangat almarhum memimpin misi kemanusiaan di berbagai negara konflik itu menurut Munarman sangat luar biasa.

Kadang saat menolong korban seperti saat gempa di Sumbar almarhum dalam kondisi sakit. Tetapi demi menolong sesama almarhum melupakan sakitnya.



Kehebatan almarhum diungkapkan banyak tokoh dan rekan almarhum berlanjut saat almarhum disemayamkan di TPU Pondok Rangon, Bekasi.
Di depan ketiga anak dan istri almarhum tokoh Palestina, dokter Aid yang khusus datang dari Palestina mengaku jasa almarhum sangat besar untuk rakyat Palestina. Rakyat Palestina sangat berduka. Perhatian dan bantuan dari Mer-C benar benar sebuah mujizat.


Sedangkan ketua IDI Pusat dr. Daeng Fakih menyatakan keluarga IDI sangat berduka dengan kepergian almarhum. Mungkin tidak ada dokter seperti dokter Yose yang benar benar mengamalkan ilmunya tuk sesama tutur Daeng Fakih.
Harusnya para dokter meniru apa yang telah dilakukan almarhum.



Inilah dokter yang menjunjung nilai nilai kemanusiaan. sa almarhum IDI Pusat memberikan penghargaan kepada istri almarhum Dian Susilawati.

Mer-C sendiri berdiri sesaat konflik Ambon pecah di April 1999.  Saat itu dokter Yose dan teman temannya di FK UI melihat adanya ketidak adilan dalam penanganan terhadap korban kerusuhan terutama di pihak umat Islam.

Atas inisiatif almarhum mendirikan Mer-C dan dengan dana seadanya mereka berangkat ke Ambon.
Di Ambon karena kondisi, para relawan Mer-C harus mendirikan RS darurat di lapangan tuk mengobati para korban yang sangat menyedihkan karena kebanyakan luka potong. Madu yang telah dibawa dari Jakarta menjadi obat anti-infeksi pertama sebelum operasi. Madu disiram ke semua korban.

Dari Ambon berlanjut ke Galela dan Poso yang mengalami konflik sektarian. Sejak saat itu nama Mer-C bergema dan
selalu ditunggu masyarakat.


Dalam menolong korban Mer-C tidak pernah membeda bedakan agama atau suku sehingga perjuangan almarhum dan Mer-C didukung rakyat Indonesia. Kebaikan hati almarhum juga diungkap tetangga dan sahabat sejak muda di Padang diantaranya diungkap Burma wati.
Demikian pula saat mengobati pasien yang berobat padanya jangankan orang miskin kadang yang beradapun bisa digratiskan almarhum. Almarhum benar benar sosok pejuang, sosok penolong tutur Wati. Almarhum yang sakit akibat kelainan jantung sejak muda kini tlah terbebas dari sakitnya.

Sakit parah selama 20 hari di ICU RS Harapan Kita tak mbuat almarhum berhenti berjuang. Menurut teman temannya saat msh di ICU almarhum masih menanda tangani beberapa berkas.

Doa dan harapan agar dokter Yose sembuh semakin menipis jelang tiga hari sebelum kematian. Kondisi Anfal membuat berbagai alat harus di pasang di tubuhnya membuat komunikasi terputus hingga akhirnya Senin tanggal 20 pukul 00.38 Sang Malaikat maut menjemput sang Mujahid sejati di hadapan keluarga tercinta.

Usia 56 tahun masih terasa muda tetapi semangatmu tlah menjadi inspirasi buat kebanyakan umat yang peduli dengan sesama.
Selamat jalan sang pejuang kemanusiaan. Amal kebaikanmu kan terus dikenang dan menjadi catatan amalmu di hadapanNya kelak.
Jalan Jihadmu membuat kami semua yakin engkau berpulang dengan husnul khotimah..