Pages

Tuesday 10 November 2020

Petamburan yang Membahana

Sudah sepekan lamanya informasi kepulangan Habib Riziek Shihab (RHS) ke Tanah Air menjadi perbincangan khalayak ramai. Ini pula yang membuat masyarakat dari berbagai pelosok berkeinginan menjemputnya langsung dari Bandara Soekarno Hatta.Sudah menjadi kebiasaan umat untuk saling kompakan untuk bisa datang bareng.

Semisal Sofia dari Lampung Selatan. Dia dan rombongannya yang tergabung dalam grup MPI atau Mujahidah Pembela Islam bergerak langsung memesan bus. 

Rombongnan berjumlah 200 orang itu sejak Senin sore telah berangkat dari Lampung. Tiba di Jakarta pukul 02.00 dini hari dan langsung bergerak menuju di Bandara Soekarno Hatta. 

Berniat mau beristirahat dan sholat di mesjid bandara ternyata oleh petugas mesjidnya ditutup dan dimatikan lampunya. Para emak itu sempat beradu debat dengan petugas. 

Sofia dan teman temannya akhirnya kembali beristirahat di dalam bus hingga subuh. Rasa penat pun hilang menjadi kegembiraan tatkala mendengar pesawat dari Jedah telah mendarat di landasan pacu Bandara Soekarno Hatta.

Lain lagi Faisal, pria pengusaha konveksi ini bersama 32 temannya mereka datang dari Demak sejak Senin sore. Mereka hanya ingin langsung ke Petamburan posko FPI. 

Begitu juga ribuan santri dari berbagai daerah serta pengagum HRZ. 

Ada yang langsung ke bandara ada yang hanya ingin ke Petamburan tapi kedatangan umat menyambut Imam Besar Habib Riziek Shihab atau HRS memang fenomenal. Yang belum pernah terjadi di Indonesia. 

Adanya pengerahan pasukan tuk pengamanan bandara tidak menciutkan nyali umat yang telah berbondong bondong datang dari Jabodetabek hingga berbagai daerah.

Banyak juga dari Malaysia. Mereka datang dengan pesawat sehingga tidak terkendala kemacetan. Lain dengan rombongan bermobil di mana mereka harus beradu otot dengan aparat karena mereka dilarang masuk. 

Termasuk insiden larangan memasuki mesjid bandara oleh petugas keamanan. Setelah jam 3 dini hari baru umat bisa memasuki mesjid dan melakukan zikir di sana hingga subuh menjelang. 

Hingga Senin malam info aksi larangan tersebut ramai muncul di WAG dan media sosial. Akibatnya banyak yang nekat berjalan kaki berkilo-kilo meter tuk tetap bisa masuk bandara. Tetapi menjelang subuh kehadiran (mungkin) jutaan orang ke bandara membuat aparat akhirnya membiarkan massa masuk menjemput imam besar mereka.

HRS tiba beberapa menit sebelum pukul 9 pagi dengan empat orang putrinya dan istri tercinta, Syarifah. Histeria tak terhindarkan. Umat yang rindu dengan imam mereka yang terusir selama 3,2 tahun di Makkah membuat suasana sangat mengharukan. Teriakan nama Habibana dan takbir bersahut sahutan. 


Shalawatanpun bergema menyambut HRS. Di mobil jeep yang terbuka atasnya muncul sosok HRS yang terus tersenyum dan itu berlangsung berjam jam hingga mereka tiba di daerah Petamburan Jakarta barat.

Rasa cinta kepada Imam besar HRS membuat mereka banyak yang nekat berjalan kaki dari bandara hingga Petamburan. 

Di sekitar Petamburan ternyata umat yang menanti juga sangat banyak diperkirakan ada 2 juta orang di sana. Spanduk bergambar HRS terpampang di mana mana. Keramaian sangat luar biasa ditambah banyaknya pedagang yang pergunakan kesempatan itu tuk mencari uang.

Tim medis tim makanan semua tumplek menanti kedatangan HRS di daerah Petamburan. Di dekat markas FPI atap rumah, pohon hingga tiang listrikpun menjadi pijakan orang orang agar bisa melihat HRS secara lebih jelas. 

Dan saat tiba di markas FPI sekitar pukul 2 siang HRS beristirahat sekitar setengah jam. Beliau dikhabarkan sempat mengalami dehidrasi. 

Setelah makan siang, HRS langsung menemui tokoh tokoh agama, santri serta umat yang hadir di markas FPI dan menceritakan tentang dirinya yang dikriminalisasi.

Tanpa rasa Takut HRS mengaku tidak ada rekonsiliasi jika masih ada kezaliman. Bukan hanya itu tuk balik ke Indonesia sempat ada 3x upaya membatalkan tiket dari pihak tertentu.

HRS menceritakan masalah yang dihadapinya termasuk tudingan dirinya akan dideportasi dari Arab Saudi.

"Hidup saya sangat nyaman di sana, rezeki selalu ada dan anak anak saya malah bisa menghapal 20 jus Alquran. Saya juga berhasil menyelesaikan doktor saya," paparnya disambut takbir jamaah. 

Hanya karena ingin berdakwah makanya saya harus balik ke Indonesia. 

Istri HRS Syarifah mengaku suaminya tidak berkurang rasa takutnya hingga kini. HRS sudah mewanti wanti harus siap jika terjadi apa apa dengan dirinya.

Tuesday 3 November 2020

Aksi Demo Macron Di Indonesia




Dua lelaki sepuh yang tinggal di Kebun Baru, Kampung Melayu, Jakarrta Timur mengayuh  sepedanya menuju Kedubes Prancis yang berlokasi di Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat. Mereka adalah Fachri, pensiunan Telkom dan satunya lagi Gito berusia 63 tahun, pensiunan RRI.

Di jalan mereka bertemu dengan rombongan dari pengurus Masjid Ijtihad, Tebet. Rombongan massa itu mengendarai  lebih 100 motor serta puluhan mobil pribadi lengkap dengan sebuah mobil komando.

Sepanjang jalan bendera Ar Royan dikibar kibarkan diselingi gema takbir. Di mobil komando teriakan lantang kecaman terhadap Presiden Perancis Macron terus diteriakan. Macron adalah teroris sebenarnya kata seorang pria di mobil komando itu. 

Rombongan santri juga sudah terlihat sejak pagi. Mereka berasal  sebuah pesantren di Desa di Cibinong bergerak menuju satu titik. Kedubes Prancis.

Berbekal uang seadanya mereka menuju Jakarta. Dua bus dan sebuah angkutan truk menjadi alat transportasinya.

Begitu juga seorang sopir ojek online yang baru menikah nekat membawa istrinya yang berusia 19 tahun serta bayinya yang baru berusia 4 bulan ke aksi Bela Nabi Muhammad SAW.

"Lho tidak takut Covid dek?" sapa saya. "Insya Allah aman Bu," jawab Irman sebut saja nama suami dari ibu yang membawa bayi itu."

Apa masih ngojek sebelum ke sini,?" tanya saya lagi.  "Iya Bu, sudah acara saya bawa pulang istri dan anak terus saya lanjut ngojek lagi," katanya. "Biar hidup kita pas pasan tapi ulah Macron tidak bisa kita biarkan. Kita harus bela agar dunia tahu kita sangat mencintai Rasulullah," katanya tegas. 

Lain lagi dengan Dimas. Pria beralamat di Jakarta Barat itu hanya selang 3 hari jelang aksi bela Nabi Muhammad SAW langsung beli beberapa kertas karton untuk ditulisinya dengan berbagai tulisan. Semuanya dimodali sendiri oleh Dimas yang kerja sehari harinya di perbankan dan properti. 

Aksi Dimas dilakukan sejak dulu karena alasan keumatan. Bagi kalangan emak-emak, Dimas memang sangat populer dan selalu menanti kehadirannya di arena aksi demo. 

Baik Dimas, Irman dan isterinya, maupun dua lelaki sepuh tadi, adalah bagian dari puluhan ribu umat Islam yang kemarin datang berunjuk rasa di Kedubes Perancis. Mengingat massa yang sangat banyak aparat melakukan penjagaaan super ketat.

Nenek kakek, ayah bunda, para emak dengan komunitas mereka yang berseragam juga sepasang kekasih hingga dua anak SMP yang berbaju koko juga tumplek di sana. Mereka hanya ingin memprotes kebijakan presiden Perancis Macron yang membolehkan karikatur Nabi Muhammad dipasang di negara Eiffel itu.

Sedangkanpara alim ulama di atas mobil komando FPI bergantian mengecam kebijakan Macron. Macron tidak lebih dari pemimpin Rasis yang ingin merusak kedamaian dunia ucap mereka. 

Ustad Haekal Hasan tampil dengan berbahasa Inggris juga mengecam Macron dengan sebutan teroris. 

Di depan mobil komando umat berkumpul hingga di atas jalur Halte Trans Jakarta,  belakang Sarinah dan depan kantor Bawaslu. Di sebelah Kedutaan barikade dan ribuan pasukan menjaga Kedubes Perancis. 

Umat membawa ratusan bendera Aroyan dan foto besar Imam besar Habib Riziek Shihab berkibar terus menerus seakan ikut hadir di sana menyaksikan Ghiroh umat Islam Indonesia yang tidak terima Nabi Junjungan mereka dihina oleh Macron.

Di depan mobil komando tampak seorang supir bajaj juga berdiri dengan penuh semangat sambil mengibarkan bendera Rasulullah tanpa kenal lelah berbaju hitam  lengkap dengan beskap di kepalanya, dirinya menjadi perhatian umat. 

"Walau hanya sopir bajaj saya terhina dengan kelakuan Makaroni itu bu," kata Iwan salah seorang pengunjuk rasa. 

"Saya marah makanya saya datang sejak jam 10 ke sini dengan bajaj saya. Kita ada 5 bajaj beriringan ke sini," katanya penuh semangat. 

Dalam aksi itu ulama dari mobil komando meminta umat yang hadir tuk membantu korban gempa di Turki.

Tidak lama kemudian puluhan pemuda langsung mendatangi satu persatu umat dengan kain sarung besar tuk menampung sumbangan umat. Infonya, hingga sore, dana yang terkumpul mencapai 55 juta rupiah. 

Di depan gedung Jakarta Theater foto Macron di pasang di sepanjang jalan tuk diinjak oleh massa yang berlalu lalang termasuk mobil. Jalan itu menjadi ajang tuk berfoto. 

Udara yang mendung dan sejuk membuat massa bertahan selama lebih 5 jam dan baru berakhir damai setelah para ulama meminta semuanya pulang ke rumah masing masing karena misi mereka telah tercapai yakni mengecam kebijakan Macron langsung di depan Kedubes Perancis. 

Aksi mengecam presiden Perancis juga dilakukan di belahan dunia lainnya. Di Mali Afrika malah Kedubes Perancis dihancurin warga setempat.


Semoga ke depan tidak ada lagi pemimpin dunia yang melakukan penghinaan kepada Nabi Junjungan umat Islam atau Nabi manapun. Dunia yang damai didamba semua umat manusia.