Pages

Thursday 8 October 2020

Kekerasan Akibat UU Omnibus Law

 

Sayup sayup dari kejauhan terdengar suara nyanyian..Revolusi revolusi. Belakangan baru diketahui nyanyian itu dikumandangkan para buruh. Mereka berasal dari perusahaan otomotif dan sejumlah pabrik dari Bekasi yang saat itu melintas di depan Balaikota. Seragam mereka biru muda, beriringan mengikuti mobil komando.

Tak lama lagi menyusul ribuan mahasiswa berjas hijau & Merah dengan mobil komando juga. Mereka menaiki beberapa bus besar. 

Lagu mereka juga nyaris sama tentang revolusi diselingi lagu mars perjuangan dan sesekali di antara mereka meneriakan kecaman tentang Omnibus Law.

Saya duduk di kursi taman yang ada di sana berdua dengan teman penulis terkenal Pipiet Senja. Kita mengamati kedatangan mahasiswa sambil membicarakan hal-hal kekinian di negeri ini. 

Selang beberapa lama,  datang lagi rombongan mahasiswa berjas kuning. "Jaga barisan ...jaga barisan," teriak komandannya. Tali melingkari mereka. Mahasiswi dan mahasiswa berbagai universitas itu tumplek sekitar patung kuda depan Indosat dan pertigaan Sabang.

Ternyata sebagian sudah maju mengarah dan berhadapan dengan aparat kepolisian yang berjaga persis di depan gedung RRI dan perkantoran sekitar istana itu.

Teman saya yang penulis itu akhirnya pamit pulang karena kondisi yang semakin ramai. 



Jika sebagian para pengunjukrasa mendekati aparat di dekat patung Arjuna Wiwaha itu, ribuan mahasiswa lainnya dari berbagai kampus duduk manis mendengarkan orasi dilakukan pimpinan mahasiswa di atas mobil komando.



Masalah Omnibus law lagi lagi dikecam mereka. Berbagai umpatan mereka lemparkan ke DPR.

Tiba-tiba saja tembakan gas air mata terdengar memancing yang sedang duduk ikut lari ke patung Indosat. 

Tembakan dari moncong senapan aparat semakin gencar karena mahasiswa juga semakin nekat melakukan aksi lempar batu dan sejumlah botol melayang ke arah petugas.

Tiba-tiba ada yang melempar kaca pospol di dekat patung Arjuna dan yang lain ikut menghancurkan kacanya.



Dan beberapa mahasiswa mulai dibawa ke mobil ambulance yang ada di sana. Salah satunya punya Mer-C. Mereka terkena serpihan gas air mata. 

Air air teriak mereka, bertumbangan mahasiswa ada lebih 25 orang tetapi tembakan smakin gencar. Mobil ambulance pun hrs mengungsi. 

Mobil Tv One dan Metro Tv pun ikut mulai dipindahkan. 

Belum 5 menit tiba tiba mahasiswa berteriak menginfokan ada aparat dari arah Jl Sabang.  

Padahal mereka juga dikejar dari gedung Indosat. Sebelum pasukan Brimob dari Sabang muncul, kobaran api mulai melahap pospol polisi itu.

Mereka berlarian panik ribuan termasuk saya.

Banyak yang berjatuhan saking panik sehingga menabrak motor motor yang diparkir di sana.

Beberapa mahasiswa saking panik melompati pagar Irti dan refleks saya mengikuti mereka. 

Ternyata pagar itu sangat tinggi, tapi karena  terdesak saya berhasil memanjatnya. Sebelumnya tas telah dilempar ke dalam halaman Irti tetapi saat hendak meloncat muncul keraguan karena pagarnya cukup tinggi sekira 2.5 meter.  

Beruntung ada anak muda berkaos biru tua berkata "injak bahu saya sj bu". 

Tanpa berpikir panjang sy menginjak dia dan berlari ke dalam tuk mencari air akibat perihnya mata. 

Di sana banyak pedagang yang ikut panik karena gas pun ikut ditembak ke dalam. 

Beruntung ada yang menjual air.  Tanpa berpikir lama air segera disiram ke mata yang sangat perih. 

Sedangkan suasana di luar parkiran semakin panas tembakan semakin banyak dan mahasiswa tetap nekat melempari mereka dengan batu dan botol.


Tiba tiba pasukan Brimob berbaju hitam masuk ke dalam area pedagang, mereka langsung membentuk formasi berlindung dengan tamengnya. Tak berselang lama terdengar bunyi lemparan termasuk bunyi pecahan kaca. 

Saya hanya bisa melihat dari jauh dan selang 5 menit pasukan pergi. Tiba tiba banyak pria dan pedagang perempuan marah marah ke beberapa tentara yang berjaga. 

Rupanya gedung kantor mereka hancur dilempari mahasiswa. 

Pak Usman sebagai ketua protes karena gara gara polisi masuk ke sana sehingga membuat mahasiswa menyerang. 

Andai polisi tidak masuk aman saja katanya marah.

Kami berencana mau meminta ganti rugi ke Kapolda katanya yang didukung pedagang lainnya.

Beberapa pedagang perempuan juga marah karena anak kecil mereka kesakitan kena gas air mata. 

Setelah kondisi di rasa aman, saya ingin keluar dari area aksi demo. Di depan jln Sudirman Thamrin tapi asap hitam terlihat dari jauh.

Aparat bersiaga di mana mana banyak jalan ditutupi hingga pengemudi motor harus mencari jalan tikus. Akhirnya karena waktu mepet untuk sholat saya  akhirnya mampir  ke sebuah gedung di Sudirman. Di sepanjang jalan pemandangan kerusakan terpampang jelas.

Ternyata di dalam gedung itu ada 3 mahasiswa yang sedang shalat Ashar.  Mereka mengaku terpaksa sembunyi di sana karena dikejar aparat. 

Di luar sana, aksi demo ribuan pengunjukrasa  masih berlangsung. Hampir semua ruas jalan diblokade aparat, padahal saat itu berbarengan dgn waktu bubaran kantor. 

Dalam aksi demo itu ada 300an ratusan pengunjuk rasa digelandang aparat kepolisian. Sehari sebelumnya aparat juga menangkap setidaknya lebih dari 200an  pendemo. Hal itu dijelaskan pihak Humas Polda metro jaya. 


Andai saja DPR dan Pemerintah bersikap bijak dengan menolak membahas RUU Omnibus Law mungkin saja hari ini tidak terjadi aksi anarkis dan tidak ada perlawanan ke aparat. 

Aksi anarkis menjalar ke berbagai tempat di Indonesia terutama di Jakarta. Aksi penjarahan juga tlah terjadi. Atas kondisi itu  Menko Polkam Mahfud MD beserta petinggi lainnya menyatakan akan bersikap tegas kepada pelaku anarkis.




1 comment:

  1. Modus: memprovokasi trs menuduh...

    Tetap sehat-tetap semangat mb Nina, SALUT

    ReplyDelete