Pages

Tuesday, 13 October 2020

Umat Islam Menolak Omnibus Law

 Sebut saja namanya ibu Atin. Dia bersama kakaknya Hari berboncengan menggunakan sepeda motor dari Kramatjati, Jakarta Timur melaju menuju Patung Kuda, Jakarta Pusat. Di motor itu juga ada seorang bocah duduk sambil memegang dasboard sepeda motor yang dikekudikan Hari.



Tiba di lokasi, ibu berusia 67 tahun itu turun dari sepeda motor untuk berbaur dengan ribuan massa yang hendak mengikuti aksi Menolak UU Omnibnus Law. Namun, saat si bocah bernama Ryan itu mau diturunkan tiba tiba byuuuar muntahan tumpah dari mulut bocah usia 2,5 tahun itu. Beberapa pemuda yang sedang duduk di sekitar kerumunan massa itu pun dibuat kaget dan mereka reflek membantu si nenek.



Hari sang kakek bocah itu hanya bisa senyum kecut. Motor yang baru dicucinya sebelum berangkat kini telah kotor bagian depannya.  Di sebelah sana banyak yang menjual minuman tetapi si kakek lebih suka melap motor itu dengan kain bukan menyiram. 

Si kakek sibuk si nenek juga sibuk mengurus bocah yang ternyata hiper aktif. "Saya bawa karena ibu si bocah yang anak saya itu sedang kerja sedangkan bapaknya sudah kawin lagi tutur si nenek. 

Si nenek nampak  kewalahan dengan si bocah hingga menjadi perhatian para pemuda yg duduk di sana. Makanan dalam dos yang dibagi seorang ibu dibuang si bocah.

Kenapa ingin ke sini Bu? Iya saya diajak kakak saya, kami ingin berbaur dengan umat Islam kan ada ajakan dari ulama kami kata si nenek. 

Di sebelahnya ada seorang pemuda mengaku mahasiswa dari Grogol. Dia nampak mengurut kakinya yang sakit. Dia bercerita hari Kamis lalu saat aksi menolak Omnibus Law digelar ribuan mahasiswa dan buruh di lokasi yang sama dia terjatuh. 

Saya sempat terinjak Bu untung bisa lari lagi bersama ribuan mahasiswa saat gas air mata mulai ditembaki aparat.  Ini memar kaki saya sambil dilihatin lutut kanannya yang masih biru. 



Kok datang lagi? Iya karena ada undangan tuk menolak UU Cilaka itu katanya. Saya akan datang karena UU tersebut menyangkut masa depan saya juga. 

Tiba tiba terdengar suara gemuruh ternyata suara nyanyian tolak UU Omnibus Law yang diplesetkan UU Cilaka dari rombongan pemuda yang suka menamakan dirinya Avengers. Ada yang berjas almamater tapi sebagian besar tidak berseragam. Sekilas mereka mirip anak sekolah menengah atas dan bawah  Mereka muncul dari Patung Tani. 

Ada lebih 400 orang mereka bergandengan tangan.

Kecaman terhadap pemerintah ini dan DPR mereka nyanyikan dalam lagu sambil membawa bendera beraneka tulisan kecaman. 

Belum 10 menit datang lagi para orang tua bersama dengan anak muda yang berjalan dengan heboh sambil menunjuk nunjuk pohon, sempat bingung rupanya mereka teriak turun turun di sambut ketawa yang melihat. 

Di sebelah sana persis depan gedung Indosat di mobil komando para ulama serta seorang emak sedang berorasi. Di depan mereka ribuan umat hadir dan dijaga pasukan FPI. Di sebelah mereka ada batu pembatas dan kawat berduri. 

Aparat keamanan berada di sana sambil melihat aksi massa..

Dalam orasinya mereka meminta pemerintah mencabut UU Omnibus Law karena merugikan semua pihak bukan hanya umat Islam. UU tersebut menurut pendemo dinilai berpotensi membuat kehancuran bagi Indonesia. 

Tiba azan Dhuhur orasi dihentikan dan massa sebagian keluar dan sebagian ke masjid di jalan Sabang. 

Para pedagang seperti biasa pun ada tetapi para relawan dari berbagai komunitas seperti Maharani Peduli kembali menunjukan aksi sosial mereka dengan membawa ribuan minuman dalam botol juga roti dan makanan. Cairan handsantiser pun mereka bagi.

Di sebelah sana ada juga sebuah mobil yang membagikan kurma dan minuman. Di sebelahnya berjejer mobil ambulans. 


Orasi kembali dilanjutkan dan sekitar jam 3 para tokoh yang berada di mobil komando mengumumkan aksi berakhir dan meminta umat pulang ke rumah masing masing. 

Belum 10 menit mobil komando jalan diiringi banyak umat dikawal FPI tiba tiba terdengar tembakan gas air mata dari dalam Monas.  

Rombongan yang berjalan belum jauh memjadi panik terutama para ibu juga ortu. Berlarian mereka menyelamatkan diri.

Ironisnya anak anak muda malah maju dan melempari aparat. Aksi lempar dan tembakan gas bagai sedang perang pun terjadi. 

Warga dipaksa mundur hingga patung tani, sebagian ibu bersembunyi di lapangan IRTI. 

Aksi melawan aparat terus terjadi, mereka sangat militan walau dengan batu dan botol mereka terus nekat mendatangi aparat Brimob yang berpakaian hitam hitam itu. Gas air mata ditembakan memenuhi udara Jakarta terutama sekitar Tugu Tani juga di sekitar Sudirman. 



Mobil ambulans yang membawa korbanpun mulai lalu lalang dikawal motor-motor untuk membuka jalan. Mereka sangat gesit. 

Entah bagaimana di Cikini raya mobil ambulans dihadang aparat yang dari Tugu Tani. Dua mobil ambulans dihentikan dan sebuah mobil nekat melarikan diri hingga akhirnya dikejar dan ditembaki. 

Tiga penumpang mobil ambulans dari Tim Rescue Ambulance Indonesia atau TRA langsung digelandang di bawa ke Polsek Menteng.  Mobilnya pun ikut di bawa. 

Kepada penyidik Marvel tim medis mobil itu mengaku panik dan takut dipukul mobilnya makanya melarikan diri. 

Di dalam mobil itu ditemukan selongsong gas air mata bukan batu seperti tuduhan orang di medsos. 

Sedangkan ambulans milik Yayasan Al Akhyar yang sempat dipukul hingga pecah kacanya dibawa warga ke arah Kalipasir dan di sana dua korban kena gas air mata dirawat hingga akhirnya korban itu dibawa ke RS karena kondisinya sangat parah diduga sakit jantung. 

Saat yang sama ratusan anak anak muda yang berada di gedung Gerakan Pemuda Islam dan PII di Menteng Raya usai tawuran massal itu didatangi aparat yang membawa mereka ke Polda. 

Dan di daerah Kwitang yang tidak jauh dari gedung GPI ternyata terjadi lagi aksi lempar batu dan tembakan gas air mata.

Hingga kapan kondisi menakutkan ini akan berakhir? 

Warga sudah tidak peduli dengan masalah Covid tetapi pasal perpasal dalam UU Omnibus Law itu membuat Indonesia kini menjadi kacau balau terlihat dari aksi penolakan di berbagai daerah hingga membuat banyak kerusakan. 

Yang korbanpun semakin banyak berjatuhan bukan hanya di kalangan warga tetapi aparat juga. Aktivis yang biasa bersuara keraspun ikut diciduk hingga membuat kecaman berbagai pihak.###

Thursday, 8 October 2020

Kekerasan Akibat UU Omnibus Law

 

Sayup sayup dari kejauhan terdengar suara nyanyian..Revolusi revolusi. Belakangan baru diketahui nyanyian itu dikumandangkan para buruh. Mereka berasal dari perusahaan otomotif dan sejumlah pabrik dari Bekasi yang saat itu melintas di depan Balaikota. Seragam mereka biru muda, beriringan mengikuti mobil komando.

Tak lama lagi menyusul ribuan mahasiswa berjas hijau & Merah dengan mobil komando juga. Mereka menaiki beberapa bus besar. 

Lagu mereka juga nyaris sama tentang revolusi diselingi lagu mars perjuangan dan sesekali di antara mereka meneriakan kecaman tentang Omnibus Law.

Saya duduk di kursi taman yang ada di sana berdua dengan teman penulis terkenal Pipiet Senja. Kita mengamati kedatangan mahasiswa sambil membicarakan hal-hal kekinian di negeri ini. 

Selang beberapa lama,  datang lagi rombongan mahasiswa berjas kuning. "Jaga barisan ...jaga barisan," teriak komandannya. Tali melingkari mereka. Mahasiswi dan mahasiswa berbagai universitas itu tumplek sekitar patung kuda depan Indosat dan pertigaan Sabang.

Ternyata sebagian sudah maju mengarah dan berhadapan dengan aparat kepolisian yang berjaga persis di depan gedung RRI dan perkantoran sekitar istana itu.

Teman saya yang penulis itu akhirnya pamit pulang karena kondisi yang semakin ramai. 



Jika sebagian para pengunjukrasa mendekati aparat di dekat patung Arjuna Wiwaha itu, ribuan mahasiswa lainnya dari berbagai kampus duduk manis mendengarkan orasi dilakukan pimpinan mahasiswa di atas mobil komando.



Masalah Omnibus law lagi lagi dikecam mereka. Berbagai umpatan mereka lemparkan ke DPR.

Tiba-tiba saja tembakan gas air mata terdengar memancing yang sedang duduk ikut lari ke patung Indosat. 

Tembakan dari moncong senapan aparat semakin gencar karena mahasiswa juga semakin nekat melakukan aksi lempar batu dan sejumlah botol melayang ke arah petugas.

Tiba-tiba ada yang melempar kaca pospol di dekat patung Arjuna dan yang lain ikut menghancurkan kacanya.



Dan beberapa mahasiswa mulai dibawa ke mobil ambulance yang ada di sana. Salah satunya punya Mer-C. Mereka terkena serpihan gas air mata. 

Air air teriak mereka, bertumbangan mahasiswa ada lebih 25 orang tetapi tembakan smakin gencar. Mobil ambulance pun hrs mengungsi. 

Mobil Tv One dan Metro Tv pun ikut mulai dipindahkan. 

Belum 5 menit tiba tiba mahasiswa berteriak menginfokan ada aparat dari arah Jl Sabang.  

Padahal mereka juga dikejar dari gedung Indosat. Sebelum pasukan Brimob dari Sabang muncul, kobaran api mulai melahap pospol polisi itu.

Mereka berlarian panik ribuan termasuk saya.

Banyak yang berjatuhan saking panik sehingga menabrak motor motor yang diparkir di sana.

Beberapa mahasiswa saking panik melompati pagar Irti dan refleks saya mengikuti mereka. 

Ternyata pagar itu sangat tinggi, tapi karena  terdesak saya berhasil memanjatnya. Sebelumnya tas telah dilempar ke dalam halaman Irti tetapi saat hendak meloncat muncul keraguan karena pagarnya cukup tinggi sekira 2.5 meter.  

Beruntung ada anak muda berkaos biru tua berkata "injak bahu saya sj bu". 

Tanpa berpikir panjang sy menginjak dia dan berlari ke dalam tuk mencari air akibat perihnya mata. 

Di sana banyak pedagang yang ikut panik karena gas pun ikut ditembak ke dalam. 

Beruntung ada yang menjual air.  Tanpa berpikir lama air segera disiram ke mata yang sangat perih. 

Sedangkan suasana di luar parkiran semakin panas tembakan semakin banyak dan mahasiswa tetap nekat melempari mereka dengan batu dan botol.


Tiba tiba pasukan Brimob berbaju hitam masuk ke dalam area pedagang, mereka langsung membentuk formasi berlindung dengan tamengnya. Tak berselang lama terdengar bunyi lemparan termasuk bunyi pecahan kaca. 

Saya hanya bisa melihat dari jauh dan selang 5 menit pasukan pergi. Tiba tiba banyak pria dan pedagang perempuan marah marah ke beberapa tentara yang berjaga. 

Rupanya gedung kantor mereka hancur dilempari mahasiswa. 

Pak Usman sebagai ketua protes karena gara gara polisi masuk ke sana sehingga membuat mahasiswa menyerang. 

Andai polisi tidak masuk aman saja katanya marah.

Kami berencana mau meminta ganti rugi ke Kapolda katanya yang didukung pedagang lainnya.

Beberapa pedagang perempuan juga marah karena anak kecil mereka kesakitan kena gas air mata. 

Setelah kondisi di rasa aman, saya ingin keluar dari area aksi demo. Di depan jln Sudirman Thamrin tapi asap hitam terlihat dari jauh.

Aparat bersiaga di mana mana banyak jalan ditutupi hingga pengemudi motor harus mencari jalan tikus. Akhirnya karena waktu mepet untuk sholat saya  akhirnya mampir  ke sebuah gedung di Sudirman. Di sepanjang jalan pemandangan kerusakan terpampang jelas.

Ternyata di dalam gedung itu ada 3 mahasiswa yang sedang shalat Ashar.  Mereka mengaku terpaksa sembunyi di sana karena dikejar aparat. 

Di luar sana, aksi demo ribuan pengunjukrasa  masih berlangsung. Hampir semua ruas jalan diblokade aparat, padahal saat itu berbarengan dgn waktu bubaran kantor. 

Dalam aksi demo itu ada 300an ratusan pengunjuk rasa digelandang aparat kepolisian. Sehari sebelumnya aparat juga menangkap setidaknya lebih dari 200an  pendemo. Hal itu dijelaskan pihak Humas Polda metro jaya. 


Andai saja DPR dan Pemerintah bersikap bijak dengan menolak membahas RUU Omnibus Law mungkin saja hari ini tidak terjadi aksi anarkis dan tidak ada perlawanan ke aparat. 

Aksi anarkis menjalar ke berbagai tempat di Indonesia terutama di Jakarta. Aksi penjarahan juga tlah terjadi. Atas kondisi itu  Menko Polkam Mahfud MD beserta petinggi lainnya menyatakan akan bersikap tegas kepada pelaku anarkis.




Tuesday, 6 October 2020

Ketika Suara Buruh Tidak Didengar

 


#DPRRIKhianatiRakyat

#DPRImpostor (hanya yang muda yang tahu)

#DPRDisbandParty

#TandatanganiPetisi

Dan lain lain termasuk Tiktok ala Milenial ikut meramaikan aksi turun para buruh hari ini setelah DPR di rapat Paripurna menggolkan UU Omnibus Law.





Waooo sejak kemarin malam Twitter..Fesbuk..WAG dan lain lain ramai dan semakin menjadi tadi pagi terkait diundangkannya UU Omnibus Law.

Taggart diikuti ribuan orang terutama kaum milenial.

Putriku yang masih kelas 1 SMA mengaku "Generasi Z" generasi mereka juga sibuk mengamati serangkaian kegiatan legislasi di DPR itu. WA grup ramai dan dia sibuk memerhatikan percakapan teman teman kelasnya yang sejak semalam ribut mengikuti rapat di DPR. 

"Akhirnya saya juga bersuara dengan mengatakan " mungkinkah inikah tanda kehancuran demokrasi di negeri ini.?"..

Masalah Puan Maharani memblok mike anggota Partai Demokrat yang mau berbicara juga serius dibahas mereka. Ketua DPR kayak apa tuu kecam temannya. Demokrasi paling buruk balas yang lain. Generasi Z bisa bersikap kritis apalagi generasi di atas mereka yakni Milenial. 

Seorang ibu yang hanya ibu RT bercerita di Grup Emak jika WAG anaknya yang kuliah di Depok itu juga ramai sejak semalam. Sumpah serapah mereka lepaskan. 

Mereka menyesal aksi turun menuntut pembatalan RUU Omnibus Law beberapa waktu lalu dia sia.

"Mungkin kita kurang berjuang" kata mereka.

Di kalangan para emak juga bapak-bapak di WAG tak kalah ramainya. Hujatan pun tak urung terlontar.

"Saya punya anak 4 sekarang mereka masih kecil. Bagaimana nasib mereka kelak katanya sedih. "Masak anak saya nanti hanya jadi pekerja kontrakan seumur hidupnya?" kata salah seorang emak-emak.

Dulu saya bekerja 3 tahun di sebuah media  massa sudah diangkat dan dengan jadi pekerja tetap, biaya medis, dan lain lainnya ditanggung perusahaan. 

Namun perlakuan beda terjadi pada karyawan kontrak yang tidak mendapat apa apa kecuali upah. 

Di pasal UU ini perusahaan bisa memPHK mereka jika mereka mau dan pekerja tak berdaya celetuk ibu lainnya. 

"Ibu bu..anak saya yang saya sekolahkan hingga berbiaya ratusan juta juga nasibnya nanti mengerikan". Curhat ibu bernama Tia.

Sebentar lagi dia melamar kerja tapi dengan UU yang baru disahkan tanggal 5 Oktober itu tentu sangat tidak menguntungkan buat dia. Saya tidak punya banyak uang tuk bantu dia buat usaha curhat siibu. 

Si ibu tanpa ampun menyumpahi semua mereka yang mendukung UU itu. Aamin Aamin ramai menjawab baik dg emoticon atau tulisan. Semua marah & kecewa. 

Ya siapapun pasti kecewa kecuali pengusaha?

Dengan UU Omnibus Law baru ini yang diketok Puan Maharani putri mantan presiden Megawati itu. Menjadi catatan hitam bangsa ini.

Nyaris tidak ada pasal yang dirasa menguntungkan para pekerja dalam UU kontroversial ini. 

Refly Harun mengamat Politik dan ahli Tata Negara dalam video chanelnya dengan judul "Benar benar UU Cilaka" menyatakan ' Pengusaha bisa saja siap siap melakukan PHK dengan dalih Resesi. 

Karena dalam UU yang baru Pengusaha diperbolehkan melakukan PHK kapanpun secara sepihak.



UU tersebut menguntungkan pengusaha terutama pengusaha Asing tutur Refly.

Poin yang membuat para abege atau generasi Z, Para Milenial para ibu bapak dan terutama para buruh karena poin poin dalam UU yang diumumkan tengah malam itu dinilai sangat tidak berpihak pada keadilan.

Sebagai generasi muda UU tersebut menjadi hantu belau yang menakutkan karena nasib mereka terancam di UU yang diumumkan tengah malam.  

Malam identik dengan kegelapan artinya Indonesia madesu atau masa depan suram tergambar jelas di mata mereka. 

Di antaranya pasal yang sangat merugikan para buruh.

- Soal gaji sekarang berpegang pada UMP atau upah minimum propinsi sedangkan UMK atau upah minimum kabupaten dihapuskan. UMP biasanya lebih rendah dari UMK

-Hak2 cuti termasuk cuti melahirkan dihilangkan dan tidak ada pergantian

-Tidak ada denda bagi pengusaha jika mereka terlambat membayar. 

-Tidak ada pesangon bagi buruh yang telah menerima 3x surat peringatan. Dipecat tanpa pesangon.

- Semua hak cuti dihilangkan. Begitu juga hari libur lebaran hanya pada tanggal merah.


- Ironisnya pekerja asing bebas masuk dan bekerja di negeri ini. 

Ada 13 butir aturan yang membuat meradang para pekerja terutama para buruh yang hidupnya kebanyakan di bawah garis kemiskinan. 

Dengan upah UMP di bawah 4.5 juta tuk Jakarta dan bisa hanya 2.4 juta di daerah siapa yang sanggup bertahan hidup apalagi jika mereka memiliki banyak anak atau keluarga yang harus ditanggung.

Dan jika mereka di PHK tentu menjadi lonceng kematian bagi buruh dan keluarganya karena tidak ada pesangon. 

Jangan heran kemarahan pimpinan Konfederasi serikat buruh Indonesia Said Iqbal yang meminta para buruh tuk memprotes UU baru itu disambut gemuruh para buruh.

Selama 3 hari mereka tidak akan bekerja dan sejak kemarin mereka tlah turun ke jalan. 

Puncaknya hari ini di berbagai kota terutama di Jabodetabek, Serang, dan Cilegon yang memiliki banyak pabrik ribuan buruh stop bekerja. Yang masih bekerja didatangi tuk ikut turun. 

Semua mereka kompak tinggalkan tempat kerja mereka. Semua turun ke jalan jalan termasuk depan Gedung DPR MPR. 

Aksi buruh turun ke jalan disambut masyarakat yang ikut geram dengan ulah anggota dewan itu.

Sebagai wakil rakyat mereka sangat kaya raya, jangan heran pameran mobil mewah menjadi hal biasa terlihat di halaman gedung DPR MPR. 

Beda dengan rakyat yang memilih mereka terutama para buruh. Bermotorpun kebanyakan harus kredit begitu lama.

Mereka yang harusnya menjadi suara suara rakyat malah terlihat menjadi wakil suara pengusaha?

Akibatnya tulisan kecaman hari ini juga mengalir deras. Banyak pengamat termasuk suara para tokoh termasuk dari Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia KAMI menyesalkan ulah anggota dewan itu. 

Apalagi hanya dua partai yang bersikap konsisten berada dengan para pekerja. Yah Partai Demokrat yang biasanya seiring sekata, setuju dalam berbagai UU kontroversial kemarin bersikap tegas menolak begitu juga PKS yang hingga kini masih Istiqomah membela rakyat banyak.

Suara rakyat adalah suara Tuhan tapi mereka menganggap enteng. Pembuat aturan mungkin lupa ada pertanggung jawaban dunia akhirat.

Jerit tangis jerit kemarahan para pekerja para buruh bisa menjadi senjata mengerikan buat mereka. Smoga Allah masih menjaga Bangsa ini.